Written by 5:48 am Entertainment, Film and Entertainment Views: 1

Review ‘The Strangers: Chapter 1’: Horor Murahan dengan Tokoh Utama yang Bikin Stres

Hollywood kembali mencoba menghidupkan genre slasher dengan “The Strangers: Chapter 1”, namun sayangnya film ini kurang memuaskan. Disutradarai oleh Renny Harlin dan dibintangi oleh Madelaine Petsch serta Froy Gutierrez, film ini menawarkan 91 menit kekecewaan bagi para penggemar horor. Ulasan ini membahas tentang narasi yang lemah, karakter yang kurang berkembang, dan eksekusi keseluruhan yang gagal memberikan ketakutan yang diharapkan.

Alur Cerita yang Mudah Ditebak dan Kurang Substansi

“The Strangers: Chapter 1” mengikuti perjalanan naas sepasang kekasih, Maya dan Ryan, yang melakukan perjalanan untuk merayakan ulang tahun kelima mereka. Rencana mereka cepat berantakan ketika mobil mereka mogok, memaksa mereka mencari tempat berlindung di sebuah kabin terpencil di hutan. Di sinilah mereka bertemu dengan tiga orang asing bertopeng yang mengubah liburan romantis mereka menjadi perjuangan untuk bertahan hidup.

Premisnya, meskipun tidak inovatif, memiliki potensi untuk menawarkan pengalaman horor yang mendebarkan. Namun, film ini gagal karena terlalu bergantung pada poin plot yang dapat ditebak dan klise horor yang terlalu sering digunakan. Narasinya kurang orisinal, membuat sulit bagi penonton untuk tetap terlibat. Urutan kejadian terlalu familiar, mengurangi rasa suspense atau ketakutan yang ingin dihasilkan film ini.

Tokoh Utama yang Tidak Menginspirasi

Salah satu kelemahan terbesar dalam “The Strangers: Chapter 1” adalah tokoh utamanya. Maya dan Ryan adalah karakter yang ditulis dengan buruk dan gagal menimbulkan empati atau koneksi dari penonton. Hubungan mereka kurang chemistry, membuat penderitaan mereka terasa tidak penting. Seiring berjalannya film, tindakan dan keputusan mereka semakin menjengkelkan, menyebabkan lebih banyak rasa frustrasi daripada simpati.

Kurangnya Kedalaman dan Chemistry

Maya dan Ryan tampak seperti karakter satu dimensi yang tidak berkembang sepanjang film. Latar belakang mereka hampir tidak dibahas, membuat penonton tidak tahu siapa mereka atau mengapa mereka penting. Kurangnya kedalaman ini membuat sulit untuk peduli dengan kelangsungan hidup mereka, elemen penting untuk keberhasilan film horor.

Keputusan Irasional dan Perilaku Menjengkelkan

Adalah hal umum dalam film horor bagi tokoh utama untuk membuat keputusan yang dipertanyakan yang memajukan plot. Namun, “The Strangers: Chapter 1” mengambil ini ke tingkat yang tidak bisa ditoleransi. Tindakan karakter sering kali begitu irasional sehingga memutuskan imersi, membuat penonton mempertanyakan setiap langkah mereka.

Misalnya, dalam satu adegan, Ryan berhasil mengarahkan senjata ke salah satu orang asing bertopeng, Pin-Up Girl. Alih-alih memanfaatkan kesempatan tersebut, dia ragu-ragu, memungkinkan seorang psikopat lainnya, Scarecrow, untuk menjatuhkannya sebelum dia sempat menarik pelatuk. Momen ketidakmampuan ini hanya salah satu dari banyak yang membuat penonton kesal.

Dalam contoh lain, Ryan meninggalkan Maya sendirian di rumah untuk mengambil inhaler dan makanan, meskipun mengetahui bahwa orang asing sudah menyusup ke dalam rumah mereka. Film ini penuh dengan momen seperti ini, membuat sulit untuk mendukung tokoh utamanya dan mengurangi ketegangan secara keseluruhan.

Jump Scare dan Elemen Horor

“The Strangers: Chapter 1” memang memasukkan beberapa jump scare, beberapa di antaranya efektif dalam memberikan rasa takut singkat. Namun, banyak dari jump scare ini dapat ditebak dan gagal meninggalkan dampak yang bertahan lama. Film ini terlalu bergantung pada ketakutan murahan ini daripada membangun suasana ketakutan yang berkelanjutan.

Scare Efektif tetapi Jarang

Meskipun sebagian besar jump scare dapat ditebak, ada beberapa momen di mana film ini berhasil mengejutkan. Momen-momen ini jarang dan cepat berlalu, memberikan sedikit hiburan dalam pengalaman menonton yang monoton. Kurangnya ketegangan yang konsisten dan ketakutan yang tulus membuat sulit bagi film ini untuk menonjol dalam genre horor yang sudah penuh sesak.

Setting dan Atmosfer

Latar film ini di sebuah kabin terpencil di hutan menyediakan latar yang ideal untuk cerita horor. Lingkungan yang terisolasi seharusnya memberikan kontribusi pada rasa klaustrofobia dan kerentanan. Namun, film ini gagal memanfaatkan potensi ini sepenuhnya. Sinematografi dan penyutradaraan tidak secara efektif menyampaikan ancaman yang mengintai atau kesunyian menakutkan dari hutan, membuat atmosfer terasa datar dan tidak menginspirasi.

Kesimpulan

“The Strangers: Chapter 1” adalah kesempatan yang terlewatkan untuk menghidupkan kembali genre horor slasher dengan pendekatan yang segar dan menarik. Plot film yang mudah ditebak, karakter yang kurang berkembang, dan ketergantungan pada klise horor membuat pengalaman ini kurang memuaskan. Meskipun ada beberapa momen scare yang efektif, itu tidak cukup untuk menyelamatkan kekecewaan keseluruhan.

Akhir film ini mengisyaratkan adanya sekuel, dengan Maya berhasil bertahan dari serangan orang asing bertopeng. Namun, mengingat mediokritas dari bab pertama, sulit untuk merasa antusias dengan kelanjutan cerita ini. Kecuali ada peningkatan signifikan dalam pengembangan karakter, keaslian plot, dan ketegangan atmosfer, franchise “The Strangers” tampaknya ditakdirkan untuk memudar dalam ketidakjelasan.

Singkatnya, “The Strangers: Chapter 1” tidak banyak membenarkan tempatnya dalam genre horor. Film ini mengingatkan kita bahwa horor yang baik membutuhkan lebih dari sekadar jump scare dan pembunuh bertopeng; dibutuhkan karakter yang dibuat dengan baik, narasi yang menarik, dan atmosfer yang benar-benar menakutkan. Sayangnya, film ini gagal dalam semua hal tersebut, menjadikannya entri yang mudah dilupakan dalam sejarah sinema horor.

Visited 1 times, 1 visit(s) today
[mc4wp_form id="7"]
Close